Rabu, 22 April 2009

Rasulullah kena sihir????????????

Penjelasan Para Ulama tentang Hadits Sihir

dari Kitab: Meluruskan Pemahaman tentang Hadits Sihir
(studi Kritis Buku: Benarkah Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasalam Pernah
Tersihir? karya Ali Umar Al Habsyi) Halaman : 237 - 253

Oleh: Al-Ustadz Askari Bin Jamal al-Bugisi

Ibnul Qayyim rahimahullah

Ibnul Qayyim Rahimahullah ketika menjelaskan kedudukan hadits sihir
menjelaskan:
"Hadits ini Tsabit (Shahih) menurut para ahli ilmu dalam bidang hadits,
mereka
telah menerimanya dan tidak berselisih tentang keshahihannya. walaupun
banyak
kalangan ahli kalam dan selainnya yang membantahnya, mengingkari dengan
keras
bahkan menganggapnya dusta. sebagian mereka ada yang menulis karangan khusus
tentang hal ini dan menuduh Hisyam (bin Urwah) sebagai penyebab (lemahnya).
Dan
yang maksimal (cercaan terhadap Hisyam bahwa mereka) menuduh Hisyam telah
keliru dan tersamarkan hadits ini atasnya, padahal sedikitpun dirinya tidak
demikian. Lalu (mereka) berkata: "Karena Nabi Shalallahu alaihi wasalam
tidak
mungkin terkena sihir, sebab hal itu akan membenarkan perkataan kaum kuffar:

"Tidaklah Kalian mengiktui kecuali seorang yang tersihir" (Q.S Al Furqon :8)

Lalu mereka berkata; dan seperti apa yang dikatakan oleh Fir'aun kepada
Musa:

"Sesungguhnya aku menganggapmu-wahai Musa-orang yang tersihir" (Q.S
Al-Isra:101)

Dan perkataan Kaum kepada Shaleh 'Alaihi Salam:
"Sesunguhnya engkau hanyalah termasuk orang-orang yang tersihir" (Asy-Syu'
ara:153)

Juga seperti perkataan Kaum Syu'aib kepada Syu'aib 'Alaihi Salam:
"Sesunguhnya engkau hanyalah orang yang tersihir". (Q.S Asy'ara:185)

Mereka juga mengatakan: "para Nabi tidak mungkin di sihir, sebab yang
demikian
itu meniadakan pemeliharaan Allah subahanahu wa ta'ala terhadapnya dan
menjaganya dari para Syaitan".

Semua yang mereka katakan tersebut tertolak menurut ahli ilmu. Sesungguhnya
Hisyam termasuk perawi yang paling tsiqah dan berilmu, tidak seorangpun dari
kalangan Imam mencela-nya yang mengakibatkan tertolaknya hadits (yang
diriwayatkannya). Apa pula urusan ahli kalam ikut-ikutan membicarakan hal
ini?
Telah diriwayatkan pula dari selain Hisyam Radhiallahuanhu dari 'Aisyah
radhiallahuanha dan telah sepakat pemilik dua Shahih (Bukhari dan Muslim)
dalam
menshahihkan hadits ini tidak seorangpun dari kalangan ahli Hadits dan Fiqih
yang menolaknya. Kisah ini Masyhur bagi ahli tafsir, sunan, hadits, sejarah
dan
fuqaha'. Mereka lebih alim tentang keadaan Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasalam dan kesahariannya daripada ahli kalam. (at-Tafsir al Qayyim:
5/406-407)

Lalu Mengatakan: "Sihir yang menimpa beliau Shalallahu 'alaihi wasalam
adalah
sejenis penyakit dari penyakit-penyakit yang muncul, kemudian Allah
Subahanahu
wata'ala menyembuhkannya. Hal tersebut bukan merupakan kekurangan (bagi
Rasul)
dan tidak ada celaan sedikitpun padanya, sesungguhnya penyakit boleh menimpa
para nabi, demikian pula pingsan. sungguh Nabi shalallahu 'alaihi wasalam
pernah pingsan ketika sakit, pernah terjatuh hingga terluka kaki beliau
Shalallahu 'alaihi wasalam dan tergores kulitnya. Ini termasuk bala'
(cobaan)
yang dengannya Allah subahanahu wa ta'ala mengangkat derajat beliau
shallalahu
'alaihi wasalam serta dengannya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam
mendapat
keutamaannya. Adapun cobaan paling berat yang di rasakan oleh para Nabi
adalah
cobaan yang mereka terima dari umatnya dari berbagai macam ujian, berupa
pembunuhan dan pemukulan, celaan dan penahanan. Maka bukanlah suatu hal yang
baru Jika Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam mendapatkan ujian dari
sebagian
musuh-musuhnya dengan sejenis sihir, sebagaimana Beliau shalallahu 'alaihi
wasalam telah di uji dengan lemparan panah dari musuhnya lalu panah tersebut
melukai Beliau shalallahu 'alaihi wasalam. Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasalam juga pernah di uji dengan diletakannya kotoran di atas punggung
Beliau
shalallahu 'alaihi wasalam tatkala sujud, dan selain itu. (Ini semua,ed)
tidak
menunjukan kekurangan dan aib atas mereka (para nabi), bahkan menunjukan
kesempurnaan dan ketinggian derajat mereka di sisi Allah subahanahu wata'
ala.
(Q.S At-Tafsir al Qayyim, Jilid: 5/408)

Abu Fadhl 'Iyyadh bin Musa bin "Iyyadh al Yahshubi, yang Masyhur dengan nama
"al Qadhi bin 'Iyyadh"

Beliau Rahimahullah mengatakan dalam kitabnya "Asy-Syifa' ", ketika menjawab
syubhat orang-orang yang meragukan hadits tentang tersihirnya Nabi
shalallahu
'alaihi wasalam.

"Ketahuilah -semoga Allah subahanahu wata'ala memberi taufik kepada kami dan
kalian- bahwa hadits ini adalah hadits yang shahih yang di sepakati
keshahihannya. Kaum mulhid (atheis) telah mencerca hadits ini dan hal itu
semakin menguatkan kerendahan akal mereka-juga pengkaburan (al-haq) dari
Orang-orang yang semisal dengan mereka untuk membuat keraguan dalam syari'
at.
Sungguh Allah subahanahu wata'ala telah mensucikan syari'at serta nabi-Nya
dari
sesuatu yang mengaburkan perkaranya (berupa wahyu). Sihir yang di maksud
disini
hanyalah sejenis penyakit yang timbul, maka Boleh menimpa Beliau shalallahu
'alaihi wasalam sebagaimana berbagai jenis penyakit lain yang tidak mungkin
di
ingkari, dan hal itu tidaklah merusak kenabian Beliau shalallahu 'alaihi
wasalam.

Adapun yang terdapat dalam riwayat bahwa dikhayalkan kepada Beliau
shalallahu
'alaihi wasalam telah melakukan sesuatu padahal tidak melakukannya, maka ini
tidaklah merusak sediktpun apa yang Beliau shalallahu 'alaihi wasalam
sampaikan, Beliau shalallahu 'alaihi wasalam syari'atkan, atau merusak
kejujuran Beliau shalallahu 'alaihi wasalam. sebab dalil telah jelas dan
mayoritas Ulama telah bersepakat bahwa Beliau shalallahu 'alaihi wasalam
adalah
maksum. Hal ini Hanyalah kejadian yang mungkin saja muncul dalam perkara
duniawi-yang Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tidak di utus karena (urusan
dunia) dan tidak ada keutamaan padanya. Sehingga selama di Dunia, bisa saja
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tertimpa berbagai penyakit halnya manusia
lain. Maka bukanlah suatu hal yang mustahil lantas di khayalkan kepada
Beliau
shalallahu 'alaihi wasalam beberapa urusan yang pada hakekatnya tidak ada.
Akhirnya, Beliau shalallahu 'alaihi wasalam pun terbebas darinya dan kembali
seperti sedia kala.

Telah ditafsirkan juga bahwa perkara yang di khayalkan tersebut -dalam
hadits
yang lain- dari kalimat "sehingga dikhayalkan kepada Beliau shalallahu
n'alaihi
wasalam telah mendatangi istrinya padahal Beliau shalallahu 'alaihi wasalam
tidak mendatanginya."
Sufyan rahimahullah mengatakan: "Tidak ada khabar lain yang di nukilkan dari
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam selain dari yang telah di khabarkan -
Sufyan
- bahwa Beliau shalallahu 'alaihi wasalam ingin melakukannya dan ternyata
beliau tidak melakukannya, namun itu hanyalah bersifat goresan hati dan
khayalan.
Adapula yang mengatakan, "Yang dimaksud dalam hadits ini adalah Beliau
shalallahu 'alaihi wasalam membayangkan sesuatu bahwa beliau melakukannya
namun
ternyata tidak melakukannya. Namun itu adalah khayalan yang Beliau
shalallahu
'alaihi wasalam sendiri tidak meyakini kebenarannya. Maka semua keyakinan
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tetaplah benar dan apa yang Beliau ucapkan
tetaplah terjaga.

Inilah yang aku temukan dari jawaban para Ulama kita tentang Hadits ini
dengan
tambahan penjelasan dari kami tentang makna perkataan mereka serta terhadap
beberapa isyarat yang mereka sebutkan dan setiap jawaban tersebut memuaskan.
Namun telah nampak bagiku penakwilan yang terdapat dalam hadits ini -yang
lebih
jelas dan lebih selamat dari celaan orang-orang yang sesat- yang dapat kita
petik dari hadits itu sendiri."

Kemudian Beliau Rahimahullah menyabutkan beberapa riwayat dan lafadz hadits
ini, lalu melanjutkan: "Dari kandungan riwayat-riwayat tersebut jelaslah
bahwa
sihir itu hanya menimpa zhahirnya Beliau shalallahu 'alaihi wasalam dan
jasadnya, bukan hati, keyakinan dan akalnya. Dan hal itu hanya memberikan
pengaruh pada penglihatan, mencegah dari menetubuhi istri dan makan beliau
shalallahu 'alaihi wasalam, sehingga tubuh Beliau shlallahu 'alaihi wasalam
lemas dan menyebabkan sakit. Maka makna perkataan "... dibayangkan kepada
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam mendatangi istrinya, namun tatkala Beliau
shalallahu 'alaihi wasalam telah mendekatinya sihir tersebut mempengaruhi
tubuhnya (menjadi lemah), sehingga Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tidak
mampu melakukannya, sebagaimana sesuatu yang menimpa secara tiba-tiba
sehingga
melemahkan Beliau shalallahu 'alahi wasalam.

Adapun perkataan Aisyah, "....dan di khayalkan kepada Beliau bahwa Beliau
shalallahu 'alaihi wasalam melakukan sesuatu dalam penglihatannya,
sebagimana
yang di sebutka dalam hadits: "Bahwa Beliau menyangka akan mampu melihat
seseorang dari orang lain, lalu yang ternyata tidak seperti yang beliau
shalallahu 'alaihi wasalam bayangkan, karena apa yang menimpa pandangannya
menyebabkan (tubuh Beliau shalallahu 'alaihi wasalam) menjadi lemah -bukan
sesuatu yang merusak pikirannya. (Kitab Asy-Syifa', Al Qadhi Iyyadh :
2/856-869,tahqiq Al Bijawi,Maktabah al-Iman)

Al Imam Al-Maziri rahimahullah

Beliau Rahimahullah Mengatakan: "Sebagian ahli Bid'ah telah mengingkari
hadits
ini dan menyangka hadits tersebut merendahkan kedudukan Nabi shalallahu
'alaihi
wasalam dan membuat keragu-raguan padanya, lalu mereka berkata: "segala
sesuatu
yang mengantarkan kepada (keraguan) tersebut maka itu bathil. Mereka
menyangka
bahwa terjadinya hal tersebut pada Beliau shalallahu 'alaihi wasalam dapat
menghilangkan kepercayaan terhadap syari'at beliau shalallahu 'alaihi
wasalam
bawa, sebab ada kemungkinan dengan kejadian ini dikhayalkan kepada beliau
telah
melihat jibril Alaihi salam padahal Jibril tidak ada disana, dan menyangka
telah di wahyukan kepada Beliau shalallahu 'alaihi wasalam sesuatu, padahal
tidak ada wahyu yang turun kepadanya,"

Beliau Melanjutkan: "Semua ini tertolak. sebab, dalil telah nyata menunjukan
kejujuran Nabi shalallahu 'alaihi wasalam terhadap apa yang disampaikannya
dari
Allah subahanahu wata'ala dan terpeliharanya penyampaian Beliau shalallahu
'alaihi wasalam. Berbagai mu'jizat menjadi saksi kejujuran Beliau shalallahu
'alahi wasalam. Maka beranggapan terhadap sesuatu yang telah terdapat dalil
-yang menyelisihi yang hal tersebut; adalah suatu kebatilan. Adapun yang
berhubungan dengan sebagian perkara dunia yang Beliau shalallahu 'alaihi
wasalam pun tertimpa apa yang menimpa manusia lainnya seperti berbagai
penyakit, maka Bukan hal yang mustahil pula di khayalkan kepada Beliau
shalallahu 'alaihi wasalam urusan dunia yang pada hakekatnya tidak ada,
dalam
keadaan Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tetap terpelihara darinya dalam
perkara agama. (di Nukilkan Oleh Al-Hafidz dalam Fathul Bari:10/237.
Demikian
pula An Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim:14/175 dan Kitab Difa' 'an
as-Sunnah,
Muhammad Abu Syahbah:26

Al Muhallab rahimahullah

Beliau rahimahullah berkata: Terjaganya Nabi shalallahu 'alaihi wasalam dari
para syaithon tidaklah mencegah kehendak mereka untuk mengganggu Beliau
shalallahu 'alaihi wasalam. Telah disebutkan dalam "as-Shahih" bahwa syaitan
ingin merusak shalat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam maka Allah
menyelamatkannya dari syaithan tersebut. Demikian pula sihir yang
mendatangkan
kemudharatan kepadanya shalallahu 'alaihi wasalam tidaklah mengurangi
sedikitpun apa yang beliau sampaikan (dalam urusan agama), namun ini
termasuk
jenis kemudharatan berbagai penyakit apa yang beliau alami berupa kelemahan
untuk berbicara, ketidakmampuan melakukan sebagian perbuatan, atau
terjadinya
sesuatu yang membayangkan serta tidak berkepanjangan, tetapi segera sirna
dan
Allah subahanahu wata'ala membatalkan tipu daya para syaithan. (di nukil
Oleh
Al Hafidz dalam Fathul Bari: 10/238)

Fatwa Lajnah ad-Da'imah

Fatwah lajnah da'imah di Tanya, teks pertanyaannya sebagai berikut:

Apakah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam pernah terkena Sihir, dan
apakah
memberi pengaruh padanya?

Jawab: Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam adalah seorang manusia, dapat
menimpa Beliau shalallahu 'alaihi wasalam apa-apa yang menimpa manusia
lainnya
dari berbagai penyakit, sikap melampaui batas sebagian manusia terhadapnya
dan
tindak kedzaliman mereka terhadap Beliau shalallahu 'alaihi wasalam
sebagaimana
manusia yang lainnya. Demikian pula hal-hal lain yang berhubungan dengan
perkara dunia yang Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tertimpa sesuatu
penyakit
atau sikap melampaui batas orang lain terhadapnya -dengan sihir misalnya-
yang
dengan sebab itu Beliau shalallahu 'alaihi wasalam membayangkan sesuatu
urusan
dunia yang hakekatnya tidak ada. Dibayangkan kepada Beliau shalallahu
'alaihi
wasalam menyetubuhi istrinya padahal Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tidak
melakukannya, atau Beliau shalallahu 'alahi wasalam memiliki kekuatan untuk
menyetubuhinya, namun tatkala mendekati salah seorang dari mereka, tiba-tiba
muncul kelemahan dan hilang kekuatan beliau untuk melakukannya. Tetapi
musibah
yang menimpa Beliau shalallahu 'alaihi wasalam penyakit, atau sihir tersebut
tidaklah mempengaruhi penerimaan wahyu dari Allah subahanahu wata'ala dan
tidak
berhubungan dengan apa yang beliau sampaikan dari Allah subahanahu wata'ala
kepada umatnya, karena telah tegaknya berbagai dalil dari Al Qur'an dan
sunnah
dan kesepakatan para pendahulu umat ini yang menunjukan kemaksumannya
(terpeliaharanya) Beliau shalallahu 'alaihi wasalam dalam menerima wahyu,
menyampaikan, dan semua yang berhubungan dengan perkara-perkara agama. Dan
sihir adalah sejenis penyakit yang menimpa Beliau shalallahu 'alaihi
wasalam."

Kemudian Al-Lajnah menyebutkan Hadits Aisyah radhiallahu anha, lalu
melanjutkan: "Barang siapa yang mengingkari terjadinya hal itu, sungguh dia
telah menyelisih dalil-dalil, ijma' para sahabat dan pendahulu umat ini.
Lalu
berpegang dengan syubhat dan prasangka yang tidak memiliki pondasi
kebenaran,
sehingga tidak bisa di jadikan sebagai sandaran. Telah dirinci masalah ini
oleh
Al-Allamah Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zadul Ma'ad dan Al-Hafidz Ibnu Hajar
dalam Fathul Bari."

Wabillahi at-taufiq, washalallahu ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi washabihi
wasallam

Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
Wakil: Abdurrazzaq Afifi
Anggota: Abdullah bin Qu'ud
Abdullah bin Ghudyyan

(Fatawa al Lajnah ad-Da'imah: No.4015)

Fatwa Syaikh bin Baz rahimahullah

Beliau rahimahullah menjawab pertanyaan seputar Hadits tentang tersihirnya
Nabi
shalallahu 'alaihi wasalam: "Ini benar adanya, terdapat dalam hadits yang
shahih dan hal itu terjadi di madinah. tatkala wahyu telah turun (secara
berangsur) dan telah tegak tonggak risalah (yang beliau sampaikan), telah
tampak berbagai tanda kenabian Beliau shalallahu 'alaihi wasalam dan
kebenaran
risalahnya, serta Allah subahanahu wata'ala menolong nabi-Nya mengalahkan
kaum
musyrikin dan menghinakan mereka; seorang dari Yahudi yang bernama Labid bin
Al-A'sham ingin mengganggu Beliau shalallahu 'alahi wasalam. Dia pun membuat
simpul sihir pada sisir, rontokan rambut, dan mayang kurma jantan, sehingga
di
bayangkan kepada beliau shalallahu 'alaihi wasalam melakukan sesuatu
terhadap
keluarganya padahal ternyata tidak melakukannya. Namun tetap
-walhamdulillah-akalnya, perasaannya, dan pemahamannya terhadap Beliau
shalallahu 'alaihi wasalam beritakan kepada manusia tidaklah terganggu.
Beliau
shalallahu alaihi wasalam tetap memberitakan kepada manusia kebenaran yang
telah Allah subahanahu wata'ala wahyukan kepadanya, namun beliau shalallahu
'alaihi wasalam merasakan sesuatu yang memberikan sebagian pengaruh dalam
hubungannya dengan Istrinya, sebagaimana yang di katakan aisyah radhiallahu
anha bahwa di bayangkan kepada beliau shalallahu 'alaihi wasalam melakukan
sesuatu bersama keluarganya di rumah dan ternyata Beliau shalallahu 'alaihi
wasalam tidak melakukannya. Maka datanglah wahyu kepada Beliau shalallahu
'alaihi wasalam dari Rabb-Nya subahanahu wata'ala melalui Jibril 'alaihi
salam
mengabarkan apa yang telah telah terjadi pada Beliau shalallahu 'alaihi
wasalam. Diutuslah (sebagian sahabat) untuk mengeluarkan (simpul sihir) dari
sumur milik salah seorang Anshar tersebut dan melenyapkan (pengaruh
sihir)-nya.
akhirnya hilanglah pengaruh tersebut -segala puji bagi Allah- Allah
menurunkan
kepada Beliau shlallahu 'alaihi wasalam dua surat: almu'awwidzatain (al
Falaq
dan An-Nas, pen), Lalu Beliau shalallahu 'alahi wasalam membacanya. Maka
hilanglah setiap gangguan tersebut. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam
bersabda: "tidak ada seorang yang berita'awwudz yang menandingi keduanya".
(HR.
Abu Dawud dari 'Ugbah bin Amir dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih
al-Jami' : 7949,pen)

Dan (hal itu) tidaklah mengakibatkan sesuatu yang memudharatkan manusia,
atau
merusak risalah atau wahyu yang Beliau shalallahu 'alaihi wasalam bawa.
Allah
subahanahu wata'ala telah memeliharanya dari manusia atas sesuatu yang
mencegah
terhalanginya risalah yang Beliau bawa, atau tercegah dari menyampaikannya.

Adapun yang menimpa para rasul berupa jenis-jenis gangguan, Beliau
shalallahu
'alaihi waslam pun tidak terpelihara darinya, hal itu pun menimpa Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasalam. Diantaranya juga, terlukanya Beliau shalallahu
'alaihi wasalam pada perang Uhuhd, kepala Beliau di Pukul dengan alat
pelinfung
kepala hingga sebagian besinya masuk kedalam dua pipi Beliau shlallahu
'alaihi
waslam, serta terjatuh pada sebagian lubang yang terdapat di sana. Dan
mereka
(Rasulullah dan para sahabat) telah disempitkan kehidupannya sewaktu di
Makkah,
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam mengalami sesuatu yang telah menimpa para
rasul sebelumnya. Inilah Sunatullah, dengannya Allah subahanahu wata'ala
mengangkat derajat Beliau shalallahu 'alaihi wasalam meninggikan
kedudukannya,
dan melipatgandakan kebaikan-kebaikannya. Namun Allah senantiasa memelihara
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam dari sisi bahwa mereka tidak mampu
membunuhnya, dan tidak mampu mencegahnya menyampaikan risalah. Tidak satupun
yang mampu menghalagi apa saja yang wajib beliau sampaikan, sungguh Beliau
shalallahu 'alaihi wasalam telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah,
mudah-mudahan shalawat dan salam Allah subahanahu wata'ala senantiasa
tercurah
atas Beliau shalallahu 'alaihi wasalam. (Fatwa Syaikh bin Baz :1/6.Bab.
Al-llaj
Li Man bihi Sharf aw 'Athf aw Sihr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar